"Allah memberikan hikmah kepada sesiapa yang dikehendakinya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal." (QS 2 : 269).
Semua maujud [eksistensi] berasal dari satu sumber dan bergerak secara pasti serta teratur ke arah sumber tersebut. Setiap kejadian tidak terjadi karena kebetulan. Namun merupakan suatu rencana penuh hikmah dan kebijaksanaan. Di antara maujud, datang dan pergi merupakan suatu paksaan yang tak dapat dielakkan. Sebagian yang lain diberi kebebasan untuk menentukan nasib mereka sendiri. Sebagian yang lain menemukan asalnya dan sebagian yang lain melupakan dirinya.
Manusia adalah bagian dari alam yang diberikan kepadanya ikhtiar untuk menentukan nasibnya sendiri. Selama kehidupan manusia mengejar keberuntungan. Sebagian mereka berangkat dari anggapan akal yang terbelenggu dunia dan sebagian lainnya dari anggapan akal yang merdeka. Maka keberuntungan untuk sebagian mereka selalu datang dan pergi tanpa kepastian. Merupakan sesuatu yang abadi bagi sebagian yang lain sehingga usaha bagi mereka hanya sebagai pelengkap dan penyempurna eksistensi mereka sendiri.
Hakikat keberuntungan tergantung kepada pengetahuan [makrifat] akan sumber segala maujud yakni makrifat kepada Allah Swt, sifat-sifat-Nya, penciptaan-Nya atas malak dan malakut. Makrifat inilah yang menumbuhkan rasa optimis, semangat juang yang tinggi, keinginan berkorban, menghapus kekecewaan, dan keputusasaan. Makrifat kepada Allah juga akan menyebabkan terbukanya semua pintu hikmah dan mengantarkan manusia kepada kemuliaan iman.
Lawan daripada hikmah-makrifat kepada tauhid Allah Swt adalah kejahilan dan kekufuran. Efek dari kejahilan dan kekufuran akan menjadikan manusia menuju kehancuran dan kebinasaan, menurunkan derajat manusia sehingga lebih rendah dari segala jenis hewan dan menjadikan mereka tidak tetap dalam menjalani kehidupan.
Allah Swt berfirman : "Apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata : ‘Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.’ Allah lebih mengetahui kepada siapa Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (QS Al-An’am, 6 : 124-125).
Allah Swt juga telah berfirman :
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli dan tidak mengerti apapun.""(QS Al-Anfal : 22).
Dengan bahasa Rasul Saw dijelaskan sebagai kehidupan yang dipenuhi kegelisahan dan kerja keras tanpa akhir. Rasulullah Saww bersabda : "Siapapun yang telah menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka dia tidak lagi memiliki hubungan dengan Allah Swt. Dan Allah menjadikan baginya empat keadaan : kegelisahan yang tak pernah putus, kefakiran tanpa kecukupan, angan-angan tanpa batas, kerja keras tanpa akhir."
Allah Swt berfirman : "Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan) : "Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan : ‘Kami dengar dan kami taat’. (Mereka berdoa ) : ‘Ampunilah kami, wahai Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.’" (QS 2 : 285).
Allah Swt berfirman :
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (maka menjadi tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. " (QS Ar-Rum : 30).
Demikianlah manusia dalam kehidupannya tidak mungkin membebaskan diri mereka dari keterikatan kepada hukum yang telah ditentukan Allah Swt. Dengan kembali kepada Allah sebagai sumber wujud, manusia akan menjadi mantap dalam mengarungi kehidupan, sedangkan meninggalkan-Nya akan menjadikan manusia hancur tergilas oleh sebab dan akibat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar